Jika artikel ilmiah adalah resep masakan yang super rumit, maka jurnal ilmiah adalah buku menu atau majalah kuliner tingkat dewa tempat resep-resep itu dipublikasikan. Anggap saja ini adalah ajang MasterChef versi akademis: tidak semua resep “rendang rasa mint” bisa masuk, karena harus lolos dulu dari seleksi para juri dengan lidah setajam silet (editor dan peer reviewer). Setiap jurnal punya “genre”-nya sendiri, ada yang khusus membahas resep-resep fisika kuantum, ada juga yang fokus ke resep biologi molekuler. Jadi, pada intinya, jurnal ilmiah adalah sebuah panggung gosip intelektual yang terbit berkala, tempat para ilmuwan saling pamer penemuan terbaru, mengkritik metode satu sama lain, dan yang paling penting, menghitung “likes” mereka dalam bentuk sitasi untuk menentukan siapa ilmuwan paling top di tongkrongan.